Aku kangen hari itu.
Hari dimana kita masih menjadi dua, tiga, atau bahkan puluhan
manusia yang bersahabat dan berikatan dalam ukhuwah Islamiyah. Hari dimana aku
masih merasa paling tahu banyak tentangmu, tentang kita. Hari dimana masih saja
banyak cerita yang bisa kita bagi dan kita nikmati bersama. Hari dimana aku
masih bisa tersenyum lebih tulus dan merangkulmu dengan nyaman tanpa perlu
merasa ada yang aneh.
Tapi kini aneh.
Hari lalu, satu dari banyaknya sahabat seperjuanganku yang
dulu.. duduk di sampingku, persis seperti beberapa tahun yang lalu. Dengan penampilan
kita yang agak berbeda, namun masih dengan nama yang sama, yakni aku dan kamu.
Tapi hari itu, bagiku kita benar-benar berbeda. Aku tidak bisa
lagi menceritakan banyak hal dengan nyaman denganmu. Ada rasa asing saat
menatapmu lagi. Karena kita sudah berpisah sekian lama.
Tapi sejenak, aku ingin lupa.
Pagi ini, aku hanya ingin melupakan sejenak bahwa hari yang
aneh itu pernah ada. Aku hanya ingin mengingat bahwa hanya pernah ada hari-hari
selama tiga tahun lamanya, setiap 24 jam selama sehari.. aku bertemu denganmu
dan melalui banyak hal menyenangkan bersama. Aku hanya ingin mengingat bahwa
kita bersahabat. Membayangkan betapa menyenangkannya jika bertemu lagi denganmu
dan bernostalgia tentang kisah lama.
Ingatkah kamu? Teriknya matahari siang Kota Bogor dan es krim
trico berwarna-warni yang asik kita santap di tangga aula? Kita punya rahasia
berdua dibalik kegiatan itu, kan? Masihkah kamu mengingatnya?
Atau ingatkah kamu saat kita ribut mencari piring untuk
mendapatkan lauk-pauk full tanpa perlu merasa kecewa kehabisan makanan? Setiap harinya
adalah perjuangan, kan? Dan betapa bangganya kita saat bisa membawa nasi dengan
lauknya untuk dimakan berdelapan anak dalam sebuah kamar di asrama Khadijah? Aku
masih saja merindukan makanan khas Al-Kahfi.
Ah ya, parahnya.. aku masih ingat bagaimana kita berangkat
menuju masjid bersama-sama dengan gegap gempita, penuh canda tawa. Tapi itu
saat kita tidak terlambat shalat berjamaah.. lalu, ingat saat kita terlambat
bersama? Aku masih ingat saat hampir habisnya nafasku karena berlalu memutari
lapangan sehabis shalat yang telat berjamaah satu rakaat. Tapi nafasku habis
bukan hanya karena aku berlari, melainkan juga karena kita masih saja sempat
bercanda bersama sambil berlari dan tertawa dengan lepasnya. Akan aneh jika
0rang lain kangen berlari karena hukuman. Tapi, aku hari ini, merindukan
kegiatan kita itu yang dulu hampir terjadi setiap hari.
Hal lainnya.. aku belum pernah mengatakan ini padamu. Tapi,
kamulah yang membuatku terbiasa bangun sebelum shubuh dan mandi agar bisa
berangkat ke kelas bersama-sama. Walaupun kita berbeda kelas, namun hampir
selalu kita menyempatkan diri berangkat bersama-sama ataupun bertemu bersama
dikelas nanti. Aku ingin lagi berusaha untuk selalu bersama denganmu. Karena bersamamu,
aku selalu menemukan lagi kenangan manis baru dalam hidup. Hampir setiap
harinya.
Ada juga kenangan pahit saat kita saling bermusuhan. Rasanya sulit
sekali tidak berbicara dengan seseorang yang 24 jam kita temui, bahkan dalam
satu kamar. Dan sedih sekali melihatmu menjauh. Berusaha mencari topik lain
dengan orang lain untuk menghindariku. Tapi saat hari ini aku mengenang lagi
hari-hari penuh derita itu.. aku bisa tersenyum karena kenangan itu dirasa
manis saat ini. Kau tau, betapa anehnya aku. Makanya jangan heran jika hari ini
aku mengatakan bahwa aku rindu bermusuhan denganmu.
Banyak sekali hal yang aku rindukan tentang kita. Dan aku tak
hanya merindukan hari-hari itu..
“mosvigen”, aku rindu kalian semua.
Tapi tahu diriku mengatakan padaku bahwa kita tidak akan
pernah sama lagi. Dan aku menyadarinya secara gamblang saat hari kemarin.. kita
duduk berdampingan. Tapi hatiku terasa asing.
Yang tengah duduk berdua ini, benarkah kita? Yang aku panggil
namamu itu benarkah kamu? Kenapa rasanya sangat berbeda? Ajaibnya.. aku
langsung merasa bahwa tiga tahun penuh bersama 24 jam dalam kamar yang sama..
hanyalah mimpiku. Aku merasa bahwa itu mungkin hanyalah khayalanku. Bahwa kita
tidak pernah sedekat itu. bahwa kita tidak pernah senyaman itu bersahabat.
Beginikah tujuan dari perpisahan?
Aku tahu bahwa penyesalan adalah sikap yang buruk. Menyesal adalah
tabiat yang salah. Tapi, hari ini—maafkan aku, Tuhan—aku menyesal. Karena berpisah
denganmu lebih cepat. Dan berpisah sekian jauhnya. Terlebih.. sebelum aku
sempat membuat kenangan manis bersamamu sebanyak-banyaknya di sekolah ajaib
itu.
Tapi, aku tidak menyesal pernah bertemu denganmu dan aku tidak
menyesal bertemu denganmu lagi dalam situasi semacam itu. jadi, tetap kukatakan
terima kasihku atas pertemuan. Karena pertemuan adalah anugrah-Mu yang tidak
akan pernah aku abaikan.
Hanya saja.. semoga kita bisa kembali seperti dulu. Bersahabat,
selalu bersama, seperjuangan dalam memperjuangkan Jannah-Nya. Dan semoga tidak
akan pernah ada lagi hari aneh semacam itu. tidak akan pernah ada lagi
keasingan di antara kita.
Aamiin.