Things never get any
better until I found what I really want for my life.
Hari-hari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa sudah kisaran
tahun kedua aku disini, menghadapi susah senangnya kehidupan seorang mahasiswa
jurusan arsitektur. Melihat banyak hal baru dan mengambil begitu banyak
pelajaran berharga darinya. Dan membuat kenangan-kenangan baru.
Tahun keduaku penuh dengan drama. Semuanya terasa salah saat
harus aku melangkah lagi makin jauh dari tujuanku dan kecintaanku. Setiap
harinya.. hampir selalu ada penyesalan dan rasa tak percaya diri. Kenapa aku
sebodoh ini? Kenapa aku sepengecut ini? Apakah sebegini sulitnya untuk menjadi
diri sendiri dan mengejar impianku? Identitas diriku sendiri?
Tak ayal, saat semuanya terasa begitu salah dan kita tetap
harus menjalani hidup.. aku pun mulai hidup menjadi seorang aktor handal
bermuka seribu. Saat bersedih, aku tersenyum. Saat hatiku meringis dan
menangis, aku tertawa. Tersenyum, tertawa, tersenyum lebih lebar, dan tertawa
lebih keras.
Dan jika mengenang hari-hari dramatis yang ku lalui setahun
belakangan.. aku masih saja menangis seorang diri lagi. Di kamar yang sama.
Tapi, Tuhan begitu menyayangiku dan memberikanku kesempatan
lagi untuk menjadi lebih berani. Kesadaranku akan batas waktu dan kesempatan
yang tidak akan pernah datang dua kali menghantam ketakutanku, menghancurkannya.
Membuatku menjadi lebih berani dan dengan tegas mengambil langkah ini.
Sendirian.
Begitu banyak reaksi yang mendukungku, sama halnya dengan begitu
banyaknya reaksi mereka yang mendengus melihat ketabahanku dalam mengejar
impianku yang sebenarnya sudah sangat jauh.
Lalu, saat aku berhasil.. kesadaran menyelimutiku.
Hari ini, kali pertama dalam hidupku—setelah setahun
belakangan aku dirundung galau—aku merasa bahwa langkahku terasa ringan. Bahwa
semuanya terasa benar. Dan aku bersyukur karena telah mengambil langkah ini.
Berterima kasih kepada Tuhan atas segala keberanian yang ia berikan, dan
berterima kasih kepada diriku sendiri atas kepercayaan diriku yang kembali
kutanam.
Ya, ternyata benar.
Aku bukanlah siapa-siapa tanpa impianku. Aku bukanlah
siapa-siapa tanpa tulisanku.
Maka setelah kukejar dunia ini dan akhirnya ku dapatkan,
perlahan aku kembali menjadi seorang manusia yang sempurna. Yang utuh dengan
nyawa dan jasadnya. Sempurna dengan impian yang kini ia pegang teguhkan tanpa
ketakutan lagi.
Semua terasa menjadi lebih jelas sejak hari ini dan perlahan
ketakutanku menjadi tak berarti.
Things will never get any
better if I never seek what I really
want.
Aku termangu sesaat setelah menyaksikan lagi masa-masa
tersuram dalam hidupku di kepalaku sendiri. Perlahan, ku pegang penaku, ku
rapatkan tubuhku menuju meja kerjaku dan memandangi kertas kecil berwarna putih
untuk menulis.
Ya, aku menulis.
Melakukan satu-satunya hal yang paling aku cintai tanpa
mengindahkan ketakutanku lagi.
Aku menulis sambil menangis dan tersenyum.
Bersyukur.
Dan setelah selesai semua hal yang ingin aku tuangkan kedalam
tulisanku.. aku menghela nafas dan menghapus bulir airmata yang jatuh ke ujung
daguku dan terisak sambil tertawa kecil.
Betapa naifnya tulisanku.
Tapi, aku masih saja tertawa kecil sambil menangis lebih
banyak. Karena itulah, aku merasa bahwa pemikiranku haruslah disampaikan kepada
manusia lainnya yang tengah mengalami hal yang setahun belakangan ini ku alami.
Bahwa..
“as you get older, you
begin to realize there are many other things that should be prioritized beside
your dreams.”
“it’s okay to admit your
defeat. It’s okay to lessen your dreams. Be more realistic. Because that’s part
of maturity.”
“but.. don’t give up on
it!”
“if it’s something
important that called dreams. Then, don’t lose it!”
“because dream is the
part of yourself. Because dream is a depiction of who you are.”
Bahwa saat kamu mulai dewasa, mungkin kamu akan mulai
menyadari betapa naif dan semunya impianmu. Bahwa teramat sulit bagimu untuk
mencapainya sekarang ini.
Kamu boleh mengatakan bahwa kamu kalah dan salah. Kamu pun
boleh meminimalisir mimpimu dan lebih realistis. Menghadapi kenyataan bahwa
impianmu terlalu sulit untuk dicapai saat ini. Fase ini memang fase kedewasaan
yang harus kamu lalui dalam hidup. Tidak ada satu pun manusia yang bisa
mencegah dirinya dari kegagalan.
Tapi, jangan pernah benar-benar menyerah.
Jika itu benar-benar impian—hal yang kamu cintai dalam hidupmu
dan membuatmu bahagia hanya dengan memikirkannya—maka, janganlah kamu lepaskan!
Sebab, percayalah.
Bacalah tulisanku ini baik-baik dengan segenap keberanianmu
dan percayalah.
Bahwa impianmu adalah bagian dari dirimu, identitasmu. Impian
adalah penggambaran dirimu. Lantas, tanpanya, siapa dirimu?