Minggu, 28 Agustus 2016

Make Things Seems Right


Things never get any better until I found what I really want for my life.
Hari-hari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa sudah kisaran tahun kedua aku disini, menghadapi susah senangnya kehidupan seorang mahasiswa jurusan arsitektur. Melihat banyak hal baru dan mengambil begitu banyak pelajaran berharga darinya. Dan membuat kenangan-kenangan baru.
Tahun keduaku penuh dengan drama. Semuanya terasa salah saat harus aku melangkah lagi makin jauh dari tujuanku dan kecintaanku. Setiap harinya.. hampir selalu ada penyesalan dan rasa tak percaya diri. Kenapa aku sebodoh ini? Kenapa aku sepengecut ini? Apakah sebegini sulitnya untuk menjadi diri sendiri dan mengejar impianku? Identitas diriku sendiri?
Tak ayal, saat semuanya terasa begitu salah dan kita tetap harus menjalani hidup.. aku pun mulai hidup menjadi seorang aktor handal bermuka seribu. Saat bersedih, aku tersenyum. Saat hatiku meringis dan menangis, aku tertawa. Tersenyum, tertawa, tersenyum lebih lebar, dan tertawa lebih keras.
Dan jika mengenang hari-hari dramatis yang ku lalui setahun belakangan.. aku masih saja menangis seorang diri lagi. Di kamar yang sama.
Tapi, Tuhan begitu menyayangiku dan memberikanku kesempatan lagi untuk menjadi lebih berani. Kesadaranku akan batas waktu dan kesempatan yang tidak akan pernah datang dua kali menghantam ketakutanku, menghancurkannya. Membuatku menjadi lebih berani dan dengan tegas mengambil langkah ini. Sendirian.
Begitu banyak reaksi yang mendukungku, sama halnya dengan begitu banyaknya reaksi mereka yang mendengus melihat ketabahanku dalam mengejar impianku yang sebenarnya sudah sangat jauh.
Lalu, saat aku berhasil.. kesadaran menyelimutiku.
Hari ini, kali pertama dalam hidupku—setelah setahun belakangan aku dirundung galau—aku merasa bahwa langkahku terasa ringan. Bahwa semuanya terasa benar. Dan aku bersyukur karena telah mengambil langkah ini. Berterima kasih kepada Tuhan atas segala keberanian yang ia berikan, dan berterima kasih kepada diriku sendiri atas kepercayaan diriku yang kembali kutanam.
Ya, ternyata benar.
Aku bukanlah siapa-siapa tanpa impianku. Aku bukanlah siapa-siapa tanpa tulisanku.
Maka setelah kukejar dunia ini dan akhirnya ku dapatkan, perlahan aku kembali menjadi seorang manusia yang sempurna. Yang utuh dengan nyawa dan jasadnya. Sempurna dengan impian yang kini ia pegang teguhkan tanpa ketakutan lagi.
Semua terasa menjadi lebih jelas sejak hari ini dan perlahan ketakutanku menjadi tak berarti.
Things will never get any better if I never seek  what I really want.
Aku termangu sesaat setelah menyaksikan lagi masa-masa tersuram dalam hidupku di kepalaku sendiri. Perlahan, ku pegang penaku, ku rapatkan tubuhku menuju meja kerjaku dan memandangi kertas kecil berwarna putih untuk menulis.
Ya, aku menulis.
Melakukan satu-satunya hal yang paling aku cintai tanpa mengindahkan ketakutanku lagi.
Aku menulis sambil menangis dan tersenyum.
Bersyukur.
Dan setelah selesai semua hal yang ingin aku tuangkan kedalam tulisanku.. aku menghela nafas dan menghapus bulir airmata yang jatuh ke ujung daguku dan terisak sambil tertawa kecil.
Betapa naifnya tulisanku.
Tapi, aku masih saja tertawa kecil sambil menangis lebih banyak. Karena itulah, aku merasa bahwa pemikiranku haruslah disampaikan kepada manusia lainnya yang tengah mengalami hal yang setahun belakangan ini ku alami.
Bahwa..

as you get older, you begin to realize there are many other things that should be prioritized beside your dreams.
it’s okay to admit your defeat. It’s okay to lessen your dreams. Be more realistic. Because that’s part of maturity.
but.. don’t give up on it!”
if it’s something important that called dreams. Then, don’t lose it!”
because dream is the part of yourself. Because dream is a depiction of who you are.

Bahwa saat kamu mulai dewasa, mungkin kamu akan mulai menyadari betapa naif dan semunya impianmu. Bahwa teramat sulit bagimu untuk mencapainya sekarang ini.
Kamu boleh mengatakan bahwa kamu kalah dan salah. Kamu pun boleh meminimalisir mimpimu dan lebih realistis. Menghadapi kenyataan bahwa impianmu terlalu sulit untuk dicapai saat ini. Fase ini memang fase kedewasaan yang harus kamu lalui dalam hidup. Tidak ada satu pun manusia yang bisa mencegah dirinya dari kegagalan.
Tapi, jangan pernah benar-benar menyerah.
Jika itu benar-benar impian—hal yang kamu cintai dalam hidupmu dan membuatmu bahagia hanya dengan memikirkannya—maka, janganlah kamu lepaskan!
Sebab, percayalah.
Bacalah tulisanku ini baik-baik dengan segenap keberanianmu dan percayalah.
Bahwa impianmu adalah bagian dari dirimu, identitasmu. Impian adalah penggambaran dirimu. Lantas, tanpanya, siapa dirimu?