Minggu, 05 Juni 2016

"Hanya Jika"-Ku

Secara tiba-tiba.. malam ini sekelebat bayangan masa depan lewat di dalam pemikiranku. Pertanyaan-pertanyaan retorik yang ujungnya sudah pasti tidak akan pernah aku temui, lagi-lagi mengambang naik ke permukaan rasa.
Bisa nggak, ya, aku lulus dari jurusan ini suatu hari nanti? Apakah akan benar-benar ada hari dimana aku diwisuda di hadapan kedua orangtuaku dan dengan bangga menyandang gelar seorang arsitek? Apa seorang aku bisa menyelesaikan kuliah jurusan serumit ini? Apa aku benar-benar akan bertahan sampai nanti tugas akhir dan melalui masa-masa paling suram yang banyak dosenku bilang? Benarkah aku akan benar-benar menghadapinya? For real? To be sure?
Tapi, ada satu sudut di hatiku yang bilang.. bahwa cepat atau pun lambat, aku pasti berhenti.
Karena ini semua tentang seorang aku.
Malam ini aku hampir putus asa.. karena seingin ini aku tau tentang masa depanku. Seingin ini aku melihat langsung apa yang akan terjadi di 2-5 tahun kedepan. Aku benar-benar ingin merasa takut sekarang atau nyaman sekarang. Aku benar-benar ingin tau kejelasannya. Karena posisiku yang diambang titik antara ini.. semakin kalap memaksaku membayangkan sendiri jawabannya.
Mereka bilang, karena aku sudah melangkah sejauh ini.. makanya aku harus bertahan. Toh, semua orang mengalaminya dan ada banyak orang yang berhasil. Kenapa aku tidak bisa? Dan lagi, aku juga harus mengingat tuanya umurku saat ini. Betapa terlambatnya aku jika ku mulai ini semua dari sekarang.
Ya, semudah itu. Aku pun tau itu benar.
Tapi, mereka lainnya bilang, mumpung aku baru melangkah sejauh itu.. makanya aku harus secepatnya keluar dari dunia yang bukan mauku. Karena hidup hanya sekali, dan karena aku masih semuda ini. Mereka hanya tidak ingin aku terlambat.
Ya, itu pun tidak salah.
Sayangnya.. aku tidak seberani itu untuk mengambil resiko dan peluang yang terbuka bersamaan dan menjadi satu paket dalam bungkusan bernama keputusan. Dan karena aku masih belum bisa memprediksi apa yang lebih mungkin terjadi di masa depanku.. aku pun semakin ragu.
Jadi, hanya jika.. sekali saja. Tuhan membuka bathinku dilapisan sepersekian.. dan membiarkanku mengintip masa depanku untuk menjadi lebih lega atau bisa juga untuk menjadi lebih waspada.. hidupku mungkin tidak akan serumit ini. Ya, kan?
Lagi.. sayangnya, hidup tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Dan dalam kamusku malah.. hidup SELALU berjalan sesuai dengan apa yang TIDAK aku INGINKAN. Lucu, bukan?
Malam ini aku menemukan pertanyaan sarkastik-ku terasa miris dipandang. Dan hidupku pun terasa semakin menyedihkan dirasa. Karena aku tau persis.. “hanya jika”-ku itu adalah kemustahilan.

Jadi, bisa apa aku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar