Minggu, 13 Desember 2015

Kisah Yang Sama

Malam ini.. lagi.
Telak aku umbar kembali suatu kisah yang mungkin akan muak untuk kamu dengarkan. Karena apapun perihal impianku, belum pernah dan mungkin tidak akan pernah bisa berubah untuk satu abjad pun.
Hujan sore ini membawaku kembali pada desir-desir pintaku yang dulu. Yang belum juga Tuhan beri tanda-tanda akan terjadi. Yang masih juga aku tunggu detik terjadinya.
Jika kamu katakan aku mungkin lelah, itu bukanlah kemungkinan. Itu kenyataan. Hidup yang aku dapatkan, hingga detik ini tidak ada yang sesuai dengan inginku dulu. Lantas, bagaimana mungkin, aku sebagai manusia biasa yang lemah ini, bisa tetap teguh berdiri dan berkata bahwa semuanya benar baik-baik saja? Kamu tau, aku tidak sehebat itu.
Aku pun mengaku. Khusus untuk waktu gulita saat ini. Saat rumahku sedikit menggelap dan semua manusia kesayanganku—keluargaku—tengah terlelap. Aku mengaku. Aku lelah dengan asa yang sama, dan yang tak kunjung menjadi nyata itu.
Tapi seberapapun lelahnya aku, dan memuncaknya perasaan muakku, aku tidak bisa membenci dan membuang begitu saja harapan itu. Impian ini sudah menjadi bagian dari aku. Dari namaku. Yang tidak akan semudah itu aku lepas.
Lihat? Aku tau persis akan bagaimana reaksimu kembali menghadapi kerumitan hati satu buah nama saja. Bagaimana mudahnya hati berubah. Dan sulitnya cerita untuk mengarah pada skenario yang kita inginkan.
Makanya, aku tidak menyayangkan jika kamu pergi. Tepat setelah mendengar lagi kisah ini. Karena keputusan yang kita buat, sudah berbeda. Maaf karena aku mempertahankan impian ini. Maaf karena harus membuatmu mendengar kisah yang sama lagi. Malam ini.


Teruntuk sahabat yang sudah lelah menghadapi seorang aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar