Sabtu, 27 Februari 2016

Maaf, Ayah..

Aku hanya bisa menulis saat ini. Mencintai satu-satunya kebanggaan yang aku punya dalam hidup tanpa memikirkan masa depan dan beban hidupku nantinya.
Seandainya saja.. hanya jika.. Tuhan memberikan aku kesempatan untuk memutar kembali waktu, aku berjanji untuk menjadi seseorang yang lebih tegas. Seseorang yang lebih menghargai bakat yang benar-benar aku punya. Dan tidak muluk-muluk dalam menjalani kehidupan. Tak lagi memperdulikan pandangan sinis kebanyakan orang, serta cibiran yang aku dapatkan hanya karena berharap bisa menjadi diriku sendiri.
Tapi, aku yang sekarang.. sudah terlalu banyak menanggung harapan. Dan tidak akan bisa dengan egoisnya pergi dan menyenangkan diriku sendiri. Ada begitu banyak tanggung jawab yang aku pikul. Yang semakin lama membuatku semakin ringkuk dan hampir jatuh. Hanya tinggal menunggu saatnya.
Dan aku tetap tidak bisa.. membuang harapan itu begitu saja.
Tapi, malam ini.. anehnya aku tidak hanya sedih atau mengkhawatirkan hidupku. Akupun takut. Dan baru malam ini aku benar-benar menyadari.. bahwa aku tidak punya apapun lagi selain perasaan ini. Selain asa ini. Selain cita-cita ini.
Ayah..
Aku bukanlah siapa-siapa tanpa bahasa. aku bukanlah siapa-siapa tanpa tulisanku. Aku tidak ingin menjadi orang hebat yang selalu engkau bicarakan. Membangun jutaan bangunan mewah dipenjuru dunia. Menjadi seorang arsitek sekelas dunia.
Aku hanya punya asa ini. Yang mungkin bagimu sangat sederhana dan memalukan.
Maaf, ayah..
Tapi, aku hanya ingin menggenggam sebatang pena ditangan kananku. Aku hanya ingin meringkuk, merapat dengan meja kerjaku. Dan bukan dengan kertas tebal dan lebar untuk menggambar. Aku hanya butuh kertas kecil untuk menulis.
Karena aku.. sejak kecil, hingga sebesar ini.. hanya ingin menjadi seorang penulis.
Maaf, ayah. Karena mengatakan bahwa aku bisa.. walaupun pada kenyataannya aku tidak akan pernah bisa.
Aku tidak akan pernah bisa memenuhi harapanmu dan mimpimu yang indah itu tentang hidupku. Karena aku tak pernah benar-benar menginginkannya.
Maaf, ayah.
Ini salahku.
Karena aku yang dulu.. tidak pernah berusaha untuk mencintai diriku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar